Friday, December 3, 2010

FALSAFAH 5 JARI

1. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.

2. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.

3. Ada si jangkung jari tengah yang sombong , paling panjang dan suka menghasut jari telunjuk.

4. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.

5. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut

Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan ( menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).

Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti.

Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu- saling menyayangi- saling menolong- saling membantu- saling mengisi- bukan untuk saling menuduh- menunjuk- merusak.....

Smua perbedaan dari stiap kita adalah keindahan yg sengaja diciptakan agar kt rendah hati utk mnghargai org lain, tdk ada satupun pekerjaan yg dpt kt krjakan sndiri. Mgkn Kelebihan kt adl kekurang org lain, tp jg Kelebihan org lain mgkn jg Kekurangan kita. Tdk ada yg lbih bodoh atau lebih pintar, perihal bodoh atau pintar itu adalah kerelatifan dlm bidang/talenta yg diberikan Tuhan agar kt bersama2menuju satu impian...

Keseluruhan yg dimiliki semuanya yang menjadi sempurna.... Bukan satu individu yg sempurna....

Orang PINTAR bisa GAGAL,.

Orang HEBAT bisa JATUH,.

tetapi,,

Orang yang MENGANDALKAN TUHAN dalam segala hal akan selalu melihat kemulian ALLAH...

BERSYUKURLAH

Ada seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa dalam situasi sulit masih bisa bahagia, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''

Kebahagiaan ibu diatas merupakan wujud ungkapan syukur. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tidak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Bersyukur adalah hal yang mudah di ucapkan tapi sangat sulit untuk dilakukan, kenapa? Ada dua hal yang selalu membuat kita untuk tidak mengucap syukur,

Pertama, adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Kedua, Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.

Think and thanks, pikirkan sesuatu dari sisi positif dan mengucap syukurlah
.

SEBATANG BAMBU

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"

Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."

Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam....., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-NYA? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Tuhan sedang membuat kita sempurna untuk di pakai menjadi penyalur berkat. DIA sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-NYA. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan DIA bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-NYA?

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, " Ini aku Tuhan, perbuatlah sesuai dengan yang KAU kehendaki."

Thursday, December 2, 2010

CATATAN PINGGIR SEBUAH PERKENALAN

Oleh : HelenaTiana Rosi

Pagi itu,.... 3 Mei 1988, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar disalah satu Universitas di Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Melanie Amira, yang belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan dia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah.

Ia seorang yang bertubuh sedang, ramah, dalam balutan gaun biru yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakan-nya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu mengucapkan kalimat pujian kepada Tuhan.

Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika giliran Amira tiba, semua memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikannya.

Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat. Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Amira berkata dengan nada datar.

"Saya diuji Tuhan dengan cacat kaki ini seumur hidup saya." Ia tersenyum,
"Saya lahir dalam keadaan seperti ini, mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Tuhan. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Tuhan," Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum.
"Ya, agar mereka ingat Tuhan saat menatap saya. Itu saja."
Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. "Saya kuliah di Fakultas Psikologi," katanya seraya menambahkan bahwa teman-teman pria dan wanita di Universitas tempat kuliahnya itu senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. "Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas," kenangnya.

Menurut Amira ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Tuhan saat menatapnya. "Mereka berkata: Ya Tuhan, bisa juga ya dia kuliah," senyumnya mengembang lagi. "Saya bahagia karena mereka menyebut nama Tuhan, bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga, kerabat atau teman kembali memuji Tuhan. puji syukur, Tuhan memang Maha Besar.

"Begitu kata mereka."

Wanita bersahaja kelahiran tahun 1956 ini juga berkata bahwa ia tak pernah ber-mimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. "Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya bersabar saja." Makanya semua geger, ketika tahun 1983 ada seorang lelaki dewasa, mapan dan normal melamarnya.

"Dan lagi-lagi saat pernikahan, saya mendengar banyak orang menyebut-nyebut nama Tuhan dgn takjub. Tuhan Maha Kuasa, Yang Maha Adil , Puji Tuhan, dan sebagainya," ujarnya penuh syukur.

Saya memandang Amira dalam-dalam, menyelami batinnya dengan mata mengembun.

"Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak mengenal sayapun, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan puji syukur kepada Tuhan".

Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimanapun saat seorang ibu melahirkan otot-otot pinggul dan kaki sangat berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Tuhan berkehendak semua akan menjadi mudah.

Dan puji syukur, saya melahirkan lancar dibantu bidan," pipi Amira memerah kembali. "Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Tuhan, Tuhan Maha Besar, Tuhan memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang."

Hening. Ia terdiam agak lama. Mata saya basah, menyelami batin Melanie Amira.

Tiba-tiba saya merasa bahwa perasaan syukur saya masih teramat dangkal dibandingkan nikmat yang telah saya terima selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya. Saya merasa belum apa-apa, yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.

Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai pembicara, sekarang dan pertama kalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada Tuhan saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Amira ?

Saat seminar usai dan Amira dibantu turun dari panggung, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur kepelukannya.

Wajah teduh Amira tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu bisa saya gendong kapan saya suka. Ya, Tuhan betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku. Ketika Amira pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia mencintai saya karena Tuhan, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya.

"Maha besar Engkau ya Tuhan, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemuan dengan hamba Mu ini, kekalkanlah persaudaraan kami selamanya. Amiin."

Amira memang benar adanya, memandangnya, saya pun ingat pada Nya, dan cinta saya pada
Blockquote Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang ikhlas serta beriman kepada Tuhan".
Terimakasih
(Have a nice weekend)

Sunday, September 19, 2010

Coca Cola dalam Renungan (Sudah tepatkah keberadaan anda sekarang?)

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang
sama.

Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng
coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.
Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di
turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola
lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua
diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan
dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng
coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini tidak ditempatkan di rak
atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan
dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama
dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan
pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam
gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut
memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama,
diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama ?
Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang
RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri
Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan
yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang
berbeda = NILAI YANG BERBEDA.